1. Nimfa belalang belalang kayu (Valanga nigricornis)
Tanggal : 2010 – 2012
Kamera : Sony Ericsson k800i
Lokasi : Jonggol (Bogor-Jabar); Ponorogo (Jatim); Pasar Rebo (Jaktim-Jakarta)
Beberapa waktu lalu saat halaman belakang rumah di Jonggol masih dibiarkan ditumbuhi banyak tanaman liar, selain belalang Atractomorpha crenulata, di pohon bayam kakap (Amaranthus hybridus) yang ada di halaman belakang tersebut juga tinggal beberapa ekor nimfa belalang Valanga nigricornis atau yang dikenal dengan nama belalang kayu. Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja aku lihat sudah ada beberapa ekor nimfa belalang kayu yang tinggal dan ikut memakan daun bayam kakap bersama dengan belalang Atractomorpha crenulata yang memang sudah ada dan tinggal terlebih dahulu di sana.
Selain daun bayam kakap, aku juga pernah menjumpai adanya nimfa belalang kayu yang memakan daun pepaya dan daun tanaman lainnya. Rupanya belalang kayu ini memang termasuk serangga yang dapat memakan banyak jenis daun tanaman ya. Tercatat ada sekitar 35 jenis tanaman yang dapat menjadi tanaman inang bagi belalang kayu ini ya.
Yang cukup menarik adalah ternyata nimfa belalang kayu dapat mempunyai warna yang berbeda dari sebelumnya setelah melakukan proses ganti kulit ya, dimana warna barunya akan lebih mirip dengan warna latar belakang tempat tinggalnya. Nimfa-nimfa belalang kayu yang aku temui di halaman belakang rumah di Jonggol (Bogor) memang tidak ada yang berubah warnanya, selalu berwarna hijau, mungkin karena lingkungan disekitarnya juga selalu hijau. Tetapi nimfa-nimfa belalang kayu yang aku temui di halaman rumah di Pasar Rebo (Jaktim) yang pada awalnya berwarna hijau akhirnya berubah warna menjadi kecoklatan.
Nimfa belalang kayu (Valanga nigricornis) yang pernah ada di halaman belakang rumah di Jonggol, Bogor. Seperti terlihat pada foto pertama, nimfa belalang pada tahap awal mempunyai bercak tanda hitam pada kaki belakangnya. Tanda hitam itu semakin lama akan semakin memudar setiap kali nimfa selesai melakukan satu proses ganti kulit.
Nimfa belalang kayu yang ada di halaman samping rumah di Pasar Rebo, Jaktim (atas, kanan) pada awalnya berwarna kehijauan juga, tapi setelah berganti kulit, warnanya berubah menjadi coklat. Nimfa belalang kayu pada tahapan instar terakhir yang aku jumpai di Jonggol (bawah, kiri), dan di sekitar rumah mertua di Ponorogo (bawah, kanan).
2. Nimfa belalang kayu ganti kulit
Tanggal : 17 Desember 2010
Kamera : Sony Ericsson k800i
Lokasi : Halaman belakang – Jonggol (Bogor-Jabar)
Beberapa ekor nimfa belalang kayu (Valanga nigricornis) yang pernah tinggal di halaman belakang rumah di Jonggol pada akhirnya tumbuh semakin besar. Beberapa kali aku sempat melihat dan mengambil gambar dari nimfa belalang kayu yang sedang berganti kulit. Namun sayangnya pada saat itu yang aku lihat adalah saat-saat akhir dari proses ganti kulit dimana para nimfa itu sudah hampir keluar sepenuhnya dari kulit lama mereka. Namun pada suatu pagi, secara tidak sengaja, akhirnya aku bisa juga melihat dan mengambil gambar sejak dari tahap awal dari proses ganti kulit salah satu nimfa belalang kayu tersebut.
Pagi itu cuaca agak mendung dan aku sedang mondar mandir melewati halaman belakang. Saat itu secara tidak sengaja aku melihat ada seekor nimfa belalang kayu di pohon trembesi (Albizia saman) kecil yang ada di dekat pagar asbes yang sedang melakukan aktifitas yang tidak seperti biasanya. Nimfa belalang kayu berwarna hijau itu aku lihat sedang hinggap dan berputar arah sehingga kepalanya berada dalam posisi mengarah ke bawah. Posisi tersebut merupakan posisi yang biasanya dilakukan jika belalang ingin melakukan proses ganti kulit atau ekdisis ya.
Ketika aku dekati, mungkin karena merasa terganggu, nimfa belalang kayu itu sempat memutar kembali posisinya sehingga kepalanya kembali berada di sebelah atas. Melihat hal itu, aku pun lalu diam tak bergerak didekatnya untuk membuatnya kembali merasa nyaman. Akhirnya nimfa belalang kayu tersebut pun kembali berputar dan menghadapkan kepalanya lagi ke arah bawah.
Nimfa belalang kayu (Valanga nigricornis) sedang bersiap untuk melakukan proses ganti kulit. Nimfa itu berputar dan menghadapkan kepalanya ke bawah (atas). Seekor nimfa belalang kayu lain disebelah kanan yang lebih kecil tampak sedang mengawasi tindak tanduknya (bawah).
Sambil menunggu proses nimfa belalang kayu yang akan ganti kulit itu dimulai, aku lalu mengambil beberapa gambar dari nimfa belalang kayu tersebut dengan menggunakan kamera hape Sony Ericsson k800i-ku. Tidak lama kemudian aku lihat tubuh nimfa belalang kayu tersebut mulai bergerak-gerak. Sepertinya proses ganti kulit-nya akan segera dimulai ya. Dan benar saja, tidak lama kemudian, dengan perlahan-lahan nimfa belalang kayu itu mulai melepaskan kulit lamanya.
Menjelang proses nimfa belalang kayu ganti kulit itu berakhir, gerimis mulai turun. Untunglah ada topi bambu milik (almarhum) Papa yang saat itu masih hidup, yang tergeletak tidak begitu jauh. Akhirnya aku pun mengambil topi tersebut dan mengenakannya. Dengan mengenakan topi bambu, aku lalu kembali mengambil gambar saat-saat akhir dari proses nimfa belalang kayu ganti kulit tersebut dengan kamera hape yang terlindung dibawah topi bambu yang ukurannya cukup lebar itu.
Setelah proses nimfa belalang kayu ganti kulit itu berakhir, aku pun segera meninggalkan nimfa belalang kayu tersebut dengan pakaian yang sudah basah semua. Walau begitu aku merasa senang karena selain bisa melihat proses belalang ganti kulit itu sejak awal, ternyata aku juga saat itu bisa mendapatkan hasil foto yang lumayan baik ya.
Tahapan kehidupan nimfa belalang (atau larva serangga lainnya) yang dilalui diantara proses pergantian kulit atau ekdisis satu dengan lainnya disebut dengan nama tahapan instar dimana nimfa pada tahapan instar terakhir akan melakukan proses ganti kulit untuk yang terakhir kalinya sebelum akhirnya menjadi serangga dewasa (imago). Nimfa belalang kayu sendiri akan tumbuh dan berkembang dalam 6-7 kali tahapan instar untuk belalang jantan, dan 7-8 kali tahapan instar untuk belalang betina sebelum akhirnya menjadi belalang kayu dewasa.
Nimfa belalang kayu (Valanga nigricornis) sedang melakukan proses ganti kulit. Ketika proses ganti kulit itu telah selesai, terlihat pada punggungnya ukuran bakal sayapnya yang cukup besar yang menandakan bahwa nimfa belalang kayu tersebut saat itu telah memasuki tahapan instar terakhir.
3. Belalang Kayu dewasa
Tanggal : 24 Juni 2011 dan 18 April 2012
Kamera : Sony Ericsson k800i
Lokasi : Ponorogo (Jatim) dan Pasar Rebo (Jaktim)
Ketika akhirnya nimfa belalang kayu (Valanga nigricornis) yang ada di halaman belakang rumah di Jonggol menjadi belalang kayu dewasa, warnanya adalah kuning dengan sayap kecoklatan. Aku sempat juga menyaksikan saat salah seekor dari nimfa belalang kayu yang berada pada tahapan instar terakhir melakukan proses ganti kulit untuk menjadi belalang kayu dewasa. Sayangnya proses tersebut terjadi pada saat hari menjelang malam sehingga hasil jepretan kamera hapeku tidak bisa menghasilkan foto yang baik.
Selain yang berwarna kuning, aku juga pernah melihat belalang kayu yang berwarna kecoklatan saat aku berada di rumah mertuaku di Ponorogo. Di antara pohon-pohon singkong yang berada di sekitar rumah mertua itu, aku melihat ada cukup banyak belalang kayu yang tinggal di sana.
Saat ini ada sekitar 18 subspesies belalang kayu yang diketahui yang tersebar di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Belalang kayu ini ternyata hanya mempunyai 1 generasi per tahunnya ya. Belalang kayu yang ada di Jawa, telurnya bisa bertahan 6-8 bulan untuk melewati musim panas sebelum akhirnya menetas pada musim hujan. Sementara belalang kayu yang ada di Malaysia hanya memerlukan waktu sekitar 60-75 hari sebelum akhirnya menetas. Di Thailand, telur belalang kayu menetas lalu nimfanya tumbuh dan berkembang di musim hujan dan belalang kayu akan bertahan melewati musim panas sebagai belalang kayu dewasa yang belum matang secara seksual (immature).
Belalang kayu (Valanga nigricornis) yang aku lihat di sekitar rumah mertua di Ponorogo (atas), dan belalang kayu yang aku jumpai di Pasar Rebo (bawah). Panjang belalang kayu dewasa dapat mencapai 55–75 mm ya dengan warna coklat kekuningan, atau kekuningan atau kehijauan dengan tanda atau pola titik-titik biru-hitam pada sayap luarnya (forewings).
4. Jeprat Jepret Canon IXY DIGITAL 510 IS
Sejak hape Sony Ericsson k800i-ku rusak pada sekitar pertengahan tahun 2012, akhirnya untuk aktifitas potret-memotret aku menggunakan kamera digital Canon IXY DIGITAL 510 IS peninggalan almarhumah adikku yang meninggal pada bulan Juli 2012.
Karena pada tahun sebelumnya (2012) istri dan anak-anakku berlebaran di Jakarta bersama Mamaku, maka pada tahun 2013 mereka semua berlebaran di Ponorogo, Jawa Timur, di tempat orang tua istriku. Aku sendiri saat itu tetap berlebaran di Jakarta menemani Mama.
Saat menginap di Ponorogo, pada waktu mengantar istri dan anak-anakku ke sana pada minggu pertama di bulan Ramadhan 2013, aku sempat menemui dan mengambil beberapa foto dari belalang kayu (Valanga nigricornis) yang banyak terdapat di sekitar rumah mertuaku, terutama di pekarangan yang banyak ditanami pohon singkong.
Cukup banyaknya populasi belalang kayu yang terdapat di sana pada akhirnya membuatku mendapat kesempatan untuk dapat melihat dan memotret pasangan belalang kayu yang sedang kawin di balik salah satu daun singkong yang ada ya.
Beberapa tahun sebelumnya, saat hape Sony Ericsson k800i-ku masih berfungsi dengan baik, aku sempat juga melihat adanya pasangan belalang kayu yang sedang kawin di daun salah satu pohon palem yang terdapat di tepi jalan yang ada di sekitar rumah Mama di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sayangnya saat itu mereka berada pada posisi yang sulit untuk di potret sehingga akhirnya aku hanya bisa memperhatikan mereka saja. Jadi ketika akhirnya aku mendapat kesempatan lagi untuk bisa melihat dan bisa juga memotret pasangan belalang kayu yang sedang kawin dengan kamera digital, maka hal itu membuatku merasa sangat senang sekali ya.
Nimfa belalang kayu yang ditemui disekitar rumah mertua di Ponorogo pada 13 Juli 2013.
Akhirnya aku berhasil juga mengambil gambar dari belalang kayu yang sedang kawin yang aku temui disekitar rumah mertua di Ponorogo pada 14 Juli 2013.
5. Klasifikasi ilmiah Belalang Kayu (Valanga nigricornis)
Domain Eukaryota Whittaker & Margulis, 1978 - bersel kompleks
Kingdom Animalia Linnaeus, 1758 - hewan
Subkingdom Bilateria Hatschek, 1888
Branch Protostomia Grobben, 1908
Infrakingdom Ecdysozoa Aguinaldo et al., 1997 – berganti kulit
Superphylum Panarthropoda Nielsen, 1997
Phylum Arthropoda Latreille, 1829 - hewan berbuku-buku
Subphylum Mandibulata Snodgrass, 1938
Infraphylum Atelocerata
Superclass Panhexapoda
Epiclass Hexapoda Latreille, 1825 - berkaki enam
Class Insecta Linnaeus, 1758 - serangga
Subclass Dicondylia
Infraclass Pterygota Lang, 1888 - serangga bersayap
Division Neoptera Martynov, 1923
Superorder Orthopterida
Order Orthoptera Latreille, 1793 - belalang, jangkrik, katidid
Suborder Caelifera Ander, 1939 - belalang
Infraorder Acrididea
Superfamily group Acridomorpha
Superfamily Acridoidea (MacLeay, 1821) Burmeister, 1839
Family Acrididae MacLeay, 1821 - “grasshoppers; locusts”
Subfamily Cyrtacanthacridinae W.F. Kirby, 1902
Tribe Cyrtacanthacridini
Genus Valanga Uvarov, 1923
Species Valanga nigricornis (H. Burmeister, 1838)
Nama dalam bahasa Inggris: Javanese grasshopper
Nama lokal: Belalang kayu
Sinonim:
Acridium melanocorne Linn.
Acridium nigricorne Burmeister
Cyrtacanthacris melanocornis Serville, 1839
Cyrtacanthacris nigricornis
Orthocanthacris nigricornis Burmeister
Valanga melanocornis
catatan:
- klasifikasi ilmiah berdasarkan Systema Naturae 2000 (http://sn2000.taxonomy.nl/)
- nama yang ada di belakang suatu takson adalah nama pengarang atau pendeskripsi takson tersebut, sementara angka tahunnya menunjukan tahun dimana takson tersebut pertama kali dipublikasikan.
Referensi:
- Systema Naturae 2000, Valanga nigricornis (sn2000.taxonomy.nl/Main/Classification/973473.htm)
- Biolib, Valanga nigricornis (www.biolib.cz/en/taxonposition/id396220/)
- Brisbane Insects and Spiders Home Page, Giant Grasshoppers - The largest grasshopper - Valanga irregularis (www.brisbaneinsects.com/brisbane_grasshoppers/GiantGrassH.htm)
- Google books, Pests of Crops in Warmer Climates and Their Control (books.google.co.id/books?id=U5dezH9_eEMC&pg=PA152&lpg=PA152&dq=18+subspecies+valanga+nigricornis&source=bl&ots=wO0gnvtlES&sig=4JHjbFIoggdQgz-1MNq0IVFORgs&hl=en&sa=X&ei=ZYJuUp7oEoj-rAfHxoCICQ&redir_esc=y#v=onepage&q=18%20subspecies%20valanga%20nigricornis&f=false)
- greenstone digital library software, (www.greenstone.org/greenstone3/nzdl;jsessionid=A300A7C62D265360D44EE69815E51B75?a=d&d=HASHd1edbf77fbe3fa2e5e3da5.7.1.np&c=hdl&sib=1&dt=&ec=&et=&p.a=b&p.s=ClassifierBrowse&p.sa=)
- ISPI databases of literature on locusts and short-horned grasshoppers, Valanga nigricornis (www.pestinfo.org/Literature/lit73.htm)
- Meiman, Valanga nigricornis Burmeister, 1838 (14.139.223.245/meiman/searchResult.php?ScientificName=9)
- The DNA of Singapore, Valanga nigricornis (Burmeister, 1838) (rmbr.nus.edu.sg/dna/organisms/details/811)
- Wikipedia Malaysia, Belalang kunyit (ms.wikipedia.org/wiki/Belalang_kunyit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar